Hewan memamah biak ( Ruminansia ) adalah hewan herbivora murni, contohnya sapi, kerbau, dan kambing. Perhatikan Gambar 6.22. Disebut hewan memamah biak karena memamah atau mengunyah makanannya sebanyak dua fase.
Pertama saat makanan tersebut masuk ke mulut. Makanan tersebut tidak
dikunyah hingga halus dan terus ditelan. Selang beberapa waktu makanan
tersebut dikeluarkan kembali ke mulut untuk dikunyah sampai halus.
Makanan hewan memamah biak berupa rumput atau tumbuhan. Sel tumbuhan tersusun dari bahan selulosa yang sulit dicerna.
Oleh karena jenis makanan tersebut, hewan memamah biak mempunyai sistem
pencernaan dengan struktur khusus yang berbeda dengan hewan karnivora
dan omnivora. Perhatikan Gambar 6.23.Saluran pencernaan hewan memamah biak
Saluran pencernaan hewan memamah biak terdiri atas organ-organ berikut :
1. Rongga Mulut (Cavum Oris)
Gigi yang terdapat dalam rongga mulut berbeda dengan mamalia lain dalam hal berikut.
a. Gigi seri (insisivus) mempunyai bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa tetumbuhan seperti rumput.
b. Gigi taring (caninus) tidak berkembang.
c. Gigi geraham belakang (molare)
berbentuk datar dan lebar. Makanan yang direnggut dengan bantuan lidah
secara cepat dikunyah dan dicampur dengan air liur dalam mulut, kemudian
ditelan masuk ke dalam lambung melalui esofagus.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Di sini tidak terjadi proses pencernaan. Esofagus pada sapi sangat pendek dan lebar, serta lebih mampu membesar (berdilatasi). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi, diperkirakan sekitar 5 cm.
3. Lambung
Lambung mempunyai peranan
penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali
(kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan
dan peragian.Bagian - Bagian Lambung Hewan Memamah Biak
Lambung Ruminansia terdiri atas empat ruangan (perhatikan Gambar 6.24), yaitu:
a. rumen (perut besar/perut urat daging),
b. retikulum (perut jala),
c. omasum (perut buku),
d. abomasum (perut kelenjar/perut masam).
Ukuran ruangan tersebut
bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen
80%, retikulum 5%, omasum 7–8%, dan abomasum 7–8%.
Mula-mula makanan masuk ke dalam
rumen. Makanan yang masuk ke lambung ini telah bercampur dengan ludah
yang bersifat alkali sehingga memberi suasana basa dengan pH ± 8,5.
Selanjutnya, dalam lambung sapi berlangsung proses pencernaan sebagai berikut.
a. Rumen
Rumen berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang ditelan. Setelah rumen cukup terisi makanan, sapi beristirahat.
Di dalam rumen terdapat populasi bakteri dan Protozoa. Mikroorganisme
tersebut menghasilkan enzim yang menguraikan polisakarida, misalnya
enzim: hidrolase, amilase, oligosakharase, glikosidase, dan enzim
selulase yang berfungsi untuk menguraikan selulosa. Selain itu juga
terdapat enzim yang menguraikan protein, yaitu enzim proteolitik; dan
enzim pencerna lemak.
b. Retikulum
Di dalam retikulum makanan diaduk-aduk
kemudian dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang ada,
hingga akhirnya menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (bolus). Pengadukan dilakukan oleh kontraksi otot dinding retikulum. Kemudian, gumpalan makanan tersebut didorong kembali ke mulut untuk dikunyah lebih sempurna
(dimamah kedua kali), sambil beristirahat. Setelah itu, gumpalan
makanan ditelan lagi masuk ke omasum melewati rumen dan retikulum.
c. Omasum
Di dalam omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Makanan dijadikan lebih halus lagi di omasum. Kadar air dari gumpalan makanan dikurangi (terjadi absorpsi air), kemudian gumpalan makanan diteruskan keabomasum.
d. Abomasum
Di dalam abomasum makanan dicernakan lagi dengan bantuan enzim dan asam klorida. Abomasum merupakan perut yang sebenarnya, karena di sini terjadi pencernaan sebenarnya secara kimiawi
oleh enzim-enzim pencernaan. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding
abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain. Misalnya,
enzim pepsin merombak protein menjadi asam amino.
Asam klorida (HCl) selain mengaktifkan
pepsinogen yang dikeluarkan dinding abomasum, juga sebagai desinfektan
(zat pembunuh bakteri, karena bakteri akan mati pada pH yang sangat
rendah). Namun, bakteri yang mati dapat dicerna menjadi sumber protein
bagi hewan memamah biak. Dengan demikian, hewan memamah biak tidak
memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Kemudian, makanan
yang telah halus dari ruang abomasum didorong masuk ke usus halus. Di
usus halus ini sari-sari makanan diserap dan diedarkan oleh darah ke
seluruh tubuh. Selanjutnya sisa makanan keluar melalui anus. Perhatikan
sistem pencernaan sapi pada Gambar 6.25.
Apabila sapi meminum air, lipatan dinding antara rumen dan retikulum membentuk saluran yang menghubungkan mulut-esofagus-omasum-abomasum. Keadaan yang demikian mengakibatkan air yang diminum dapat langsung masuk ke abomasum.
Pada anak sapi yang masih menyusu
induknya, rumen, retikulum, dan omasum masih kecil serta belum
berfungsi. Saluran lipatan tertutup oleh gerakan refleks sehingga air
susu yang diisap dari puting susu induknya langsung masuk ke abomasum.
Pada kelinci, marmot, dan kuda, fermentasi selulosa terjadi di dalam sekum.
Sekum (usus buntu) adalah kantong (bagian usus besar) yang berada di
antara pertemuan usus halus dengan usus besar dan umbai cacing. Di dalam
sekum banyak bakteri selulolitik. Selain itu, pada hewan-hewan tersebut
hanya terjadi pengunyahan satu kali, sehingga feses yang dikeluarkan
lebih kasar dan berserat daripada feses sapi (yang mengalami pengunyahan
selulosa dua kali.
sumber:http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/pencernaan-hewan-memamah-biak.html#.UOo9X1LcHIU

No comments:
Post a Comment